Merasa kehilangan kendali hidup? Yuk, memegang kendali hidup kita sendiri.


Pernahkah anda merasa kehilangan arah? Merasa tidak tahu harus kemana dan melakukan apa? atau merasa terjebak? Saya pernah. 

Rasanya seperti hopeless, hampa dan merasa stuck ditempat yang sama, atau malah merasa berada di situasi yang tidak menyenangkan tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Terasa familiar? Mungkin saja anda sedang mengalami hal yang sama.

Perasaan yang kita alami diatas biasanya muncul karena kita merasa tidak bisa memegang kendali hidup kita sendiri, sehingga seakan-akan kehidupan kita dikendalikan oleh apa yang sedang terjadi pada kita, atau orang yang ada sekitar kita. Taukah anda?  ternyata kita memang punya area yang bisa kita kendalikan, dan area yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup ini. Jika kita terlalu fokus pada area yang tidak bisa kendalikan dan berusaha mengendalikannya, maka kita akan merasa seakan-akan tidak bisa mengendalikan hidup kita sendiri.  Yang ada, kita malah menyalahkan situasi, menyalahkan orang lain saat kita mengalami hal yang tidak menyenangkan.

Dalam bukunya Filosofi Teras, Hendry Manampiring (2018) menuliskan tentang dikotomi kendali. Apa itu dikotomi kendali? Dikotomi kendali menunjukkan bahwa ada hal-hal yang ada dibawah kendali kita, dan ada hal-hal yang berada diluar kendali kita.

Apa saja yang temasuk diluar kendali kita? Di buku Filosofi Teras, dituliskan beberapa hal yang termasuk area diluar kendali kita, antara lain:

  • -          Tindakan orang lain
  • -          Opini orang lain
  • -          Reputasi kita
  • -          Kesehatan
  • -          Kekayaan
  • -          Kondisi saat kita lahir
  • -          Peristiwa alam
  • -          Kondisi ekonomi dan sosial

Area diluar kendali kita ini bersifat lemah, terikat, dan milik orang lain. Inilah yang membuat area ini menjadi tidak bisa dikendalikan. Artinya kalau kita terfokus pada tindakan atau opini orang lain dalam menjalani kehidupan kita, akan menjadi jelas mengapa kita merasa tidak bisa mengendalikan hidup kita. Sama juga saat kita merasa tidak puas dengan kondisi fisik kita, siapa keluarga kita, atau kondisi finansial kita. Kita juga akan merasa tidak akan pernah merasa punya kendali dalam hidup kita.

Sebaliknya, kita perlu mengarahkan fokus kita pada apa yang bisa kita kendalikan. Lalu, apa saja yang bisa kita kendalikan?

  • -          Pertimbangan kita terhadap sesuatu atau situasi
  • -          Opini kita terhadap seseorang atau sesuatu
  • -          Persepsi kita akan suatu peristwa
  • -          Keinginan kita
  • -          Tujuan kita
  • -          Pikiran dan tindakan kita

Jadi sekarang, yang perlu kita tanyakan bukan “Mengapa hal ini terjadi pada saya?” tetapi “Apa yang bisa saya lakukan dengan apa yang terjadi pada saya?”. Saat anda tidak puas dengan finansial anda, yang anda lakukan bukanlah protes pada sang pencipta, bukan pula menyalahkan pak Bos, bukan pula menyalahkan keadaan tempat kerja yang tidak menyenangkan. Tetapi mulailah mencari apa saja yang bisa anda lakukan untuk memperbaiki keadaan atau memperbaiki diri anda. Fokuslah pada hal yang bisa anda kendalikan atau anda lakukan, bukan pada kejadian atau situasi yang anda alami.

Kalau lagi patah hati dan ditinggal pacar, jangan menanyakan “Mengapa dia meninggalkan ku?” tapi bertanyalah “Apa yang bisa kulakukan selanjutnya?” , “Apa saja yang sudah tertunda selama aku bersamanya?”, “Hobi baru apa yang akan kupelajari untuk mengenal orang-orang baru?”, “Aku bisa menyediakan lebih banyak waktu untuk diriku sendiri dan orang-orang yang kusayangi (teman atau keluarga)”. Bersedih sebentar tidaklah salah, karena kita perlu menyembuhkan luka, tapi jangan lama-lama ya.. kita perlu memegang kembali kendali dalam hidup kita. Semangat!

Mari kita fokuskan pada hal yang bisa kita kendalikan, supaya hidup kita menjadi terkendali. Hidup kita ada ditangan kita, jadi mari kita manfaatkan dengan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I’am happy as I am, and you can too

Persepsimu Harimaumu

Bagaimana cara kita memproses informasi?