It’s Okay. You’re Okay. It will be Okay.
Hai, ketemu lagi.. sudah lama nggak post hehe.. baru dapat inspirasi dan semangat lagi buat nulis.. So here we go, kita langsung ke bahasan kita hari ini yuk :)
It’s Okay. You’re
Okay. It will be Okay.
Bukan, sama sekali
bukan bermaksud mengecilkan makna “I’m not Okay”. Kita sebagai manusia akan
selalu mengalami saat-saat merasa baik dan saat merasa tidak baik, dan hal itu
adalah hal yang wajar, sewajar kita perlu makan setiap hari. Artinya, semua orang
akan mengalaminya, semua ada waktunya sendiri.
Tak perlu iri dengan
postingan orang lain yang sering jalan-jalan. Bisa jadi, dia memang posting pas
jalan-jalan aja, jadi keliatannya jalan-jalan terus. Ya, saya tahu akan sulit
untuk tidak iri saat melihat postingan orang lain terasa ‘menyenangkan’
sedangkan kita dalam keadaan ‘tidak menyenangkan’. Kabar baiknya adalah, kita
tidak akan selalu berada pada fase “I’m not Okay” terus kok. Pasti ada saatnya
kita akan mengatakan “It’s Okay. I am Okay. It will be Okay”, karena pada
akhirnya kita akan baik-baik saja.
Ini juga bukan aliran ‘Good
vibe only’, yang memaksa kita untuk terus dalam emosi positif dan menyalahkan
atau menghindari atau tidak mengakui emosi negatif saat dia muncul. Hal ini
malah nggak sehat sih, karena kita akan terus menolak untuk memvalidasi emosi negatif
yang mungkin kita rasakan.
Kembali lagi, kita ini
manusia, merupakan hal yang natural kita merasakan emosi, entah itu emosi positif
atau negatif. Nyatanya, emosi itu malah tidak berlabel positif atau negatif. Mereka
semua adalah netral. Mereka hanya memiliki fungsi yang berbeda-beda, seiring
usaha kita untuk bertahan hidup. Apa itu emosi? Emosi adalah perasaan atau
gejolak jiwa yang muncul di dalam diri seseorang sebagai akibat dari adanya
rangsangan, baik dalam diri sendiri maupun dari luar diri kita.
Kita bisa melihat bahwa
emosi merupakan reaksi manusia terhadap sesuatu, seseorang, atau dari apa yang sedang
dipikirkan. Emosi yang terkadang dilabel negatif, malah biasanya merupakan
salah satu pengingat kalau kita sedang tidak baik-baik saja. Yang artinya, kita
perlu melakukan sesuatu akan hal tersebut. Sejatinya, malah janganlah abaikan
saat kita merasakan emosi negatif. Kita perlu mengevaluasi sumber dari emosi
itu. Dengan memahami sumber munculnya emosi itu, kita tahu apa sumber masalah
yang perlu segera diselesaikan. Nah, dari sini kita juga melihat bahwa emosi
membantu kita saat kita perlu membuat sebuah keputusan saat kita menghadapi
masalah, terutama dalam situasi yang mendesak dan segera, terutama yang
berhubungan dengan bertahan hidup.
Pemahaman inilah yang
membantu kita untuk lebih menghargai emosi yang kita alami, bukannya
menghalangi, menghindari, atau tidak mengakui perasaan yang kita rasakan.
Saya jadi teringat
salah satu adegan di film “Inside Out”, dimana Joy akhirnya memahami bahwa manusia
juga membutuhkan Sadness. Kita juga sering seperti Joy, mengganggap kesedihan
merupakan salah satu emosi yang harus ditutupi atau dihindari selain marah. Kita
kita mengakui kesedihan karena dianggap tidak penting dan tidak pantas
ditunjukkan, karena kita orang yang diharapkan menjadi manusia yang kuat. Padahal
melalui kesedihan, kita bisa lebih bisa menerima kenyataan, kita bisa menerima
dukungan dari orang lain, dan pada akhirnya kita menjadi semakin kuat
setelahnya.
Jadi kawan, jika
bebanmu terasa berat dan Kau ingin menangis, maka menangislah sejenak. Beri
dirimu ruang dan waktu untuk merasakan dan berisitirahat. Menangis bukan
berarti kalah, menangis membantumu membentuk semangat baru dan menjadi semakin
kuat. Dan pada akhirnya kau akan baik-baik saja. Yap, It will be Okay.
Semoga bermanfaat. Sampe ketemu lagi di post berikutnya. Jangan lupa cek post yang lain ya.. Bye.. :)
Komentar
Posting Komentar