Pengalaman pertamaku menggunakan shampoo bar

 





Awalnya tak terlintas sama sekali dalam benakku kalau suatu saat aku akan tertarik pada bahan alami saat menggunakan shampoo atau sabun. Motivasi awalku beralih ke shampoo bar pada saat itu hanya supaya rambutku yang panjang ini, menjadi tidak mengembang, tidak kusut, dan lebih sehat dengan perawatan yang minimal. Nah yang terpikir pada saat itu, mungkin kalau aku menggunakan yang alami, rambutku bisa lebih sehat.

Aku cerita dulu tentang keadaan raambutku ya, supaya ada gambaran awalnya. Rambutku tidak termasuk rambut keriting atau rambut lurus, rambutku tepat ditengahnya, jadi lebih ke bergelombang tidak beraturan. Jenis rambutnya tebal dan mengembang tapi berminyak dan berketombe dikulit kepala. Karena berketombe inilah, aku lebih memilih shampoo anti ketombe yang banyak dijual di apotik yaitu selsun biru. Yang mungkin saja menjadi salah satu penyebab rambutku jadi mengembang dan kusut. Rambutku tidak bercabang, tidak rusak diujung, tapi lumayan rontok.

Akhir-akhir ini aku semakin resah dengan rambutku yang terlihat berantakan dan mengembang, jadi terlihat tidak terawat dan awut-awutan. Padahal, aku sudah berusaha melakukan yang kutahu bisa menyehatkan rambut. Saat keramas, hanya menggunakan shampoo dikulit kepala dan menggunakan conditioner di tengah sampai ujung rambut. Sudah juga berusaha pakai conditioner yang mengandung keratin, tapi keadaan rambutku tetap sama : mengembang dan awut-awutan.

Waktu browsing-browsing, eh nyantol ke shampoo bar, yang katanya alami dan bisa memperbaiki keadaan rambut. Kemudian aku menjadi tergoda, dan mulai mencari harga shampoo bar di toko online. Ternyata mahal ya.. tidak menyerah mulai mencari harga yang masih terjangkau di kantong, karena pemikiran pada saat itu.. mau mencoba saja..

Akhirnya aku menemukan harga yang cocok dan mencoba beli 2 batang. Aku memilih shampoo bar yang diklaim dengan bahan alami antara lain: seledri, mint, pewarna alami, yang bebas paraben, dan bebas SLS/SLES; dengan berat 40 gram. Shampoo bar ini juga mengandung conditioning agent yang nggak bikin rambut kering. Dan petualanganku bersama shampoo bar pun dimulai…

Keramas pertama kali rasanya sangat aneh, mengalami kesusahan saat mengaplikasikannya. Aku terbiasa menggunakan shampoo yang berbusa, sehingga sangat wajar aku punya keyakinan semakin banyak busa brarti rambutku menjadi semakin bersih. Keyakinan ini terbawa saat menggunakan shampoo bar, karena tidak berbusa, aku mengaplikasikan produk banyak-banyak karena takut kulit kepalaku tidak bersih. Aku masih menggunakan metode lamaku, shampoo hanya bagian atas, bagian bawah menggunakan conditionernya. Lalu apa yang kudapati setelah keramas?

Aku merasakan sensasi berminyak dikulit kepala setelah rambut mulai kering, dan karena mengandung minyak rasanya rambutku terasa nggak kering-kering. Pikiranku pada saat itu: “Ah, mungkin rambutku masih penyesuaian”. Pikiran ini muncul karena kalau baca-baca review, banyak yang mengatakan memang membutuhkan waktu untuk rambut kita menyesuaikan diri. Tapi sensasi berminyaknya menyebalkan sekali. Biasanya aku bisa tidak keramas sampe 4 hari, setelah pakai ini, hari ke-3 aku sudah tidak tahan dan pengen kerasamas karena berasa kotor.

Keramas yang kedua, aku melakukan hal yang sama seperti keramas yang pertama, dan sesansi berminyaknya semakin banyak.. sedih banget. Berasa kayak nggak keramas karena sesansi lepeknya nggak ilang setelah keramas. Akhirnya aku bertanya pada penjualnya, apa yang salah dengan proses keramasku. Penjualnya baik dan kooperatif, menjelaskan bahwa shampoonya selain mengandung seledri dan mint sebagai kandungan utama, juga mengandung cocoa butter jadi ada kecenderungan memunculkan sesansi berminyak kalau kebanyakan produk diaplikasikan ke rambut. Mungkin adanya kandungan conditioning agent yang membuat shampoo ini cenderung lebih berminyak (mengandung oil alami).Oke baiklah, aku menemukan kesalahanku.

Keramas ke-3, aku mulai mengurangi jumlah penggunaan produk, jadi shampoo barnya hanya di putar2 ditangan sebentar baru diaplikasikan ke kulit kepala dan pangkal rambut. Kemudian dibantu pakai sisir keramas (yang bentuknya kayak sikat tapi lancip2) untuk menjangkau kulit kepala. 

ini yang aku maksud sisir keramas :

Sangat berharap rambutku jadi tidak berminyak. Apakah terkabul? Ternyata tidak, lepeknya semakin mengganggu. Mulailah browsing-browsing lagi, apa lagi yang salah ya? Dari hasil browsing, informasi yang kudapat adalah: akan menjadi wajar saat kita pakai shampoo bar akan berminyak karena kandungan oil alami yang terkandung dalam shampoo bar. Sensasi lepek dan berminyak tadi merupakan efek tumpukan residu shampoo bar karena kita menggunakan terlalu banyak produk atau bilasnya nggak terlalu bersih. Walah… lalu aku harus apa untuk membersihkan minyaknya?? 

Dari berbagai sumber yang aku dapat, kebanyakan akan menyinggung baking soda dan cuka apel untuk membantu rambut “menyesuaikan diri”, kalau masih pengen pakai bahan yang alami. Sudah sangat tergoda buat balik pakai sampo biasanya, tapi entah kenapa aku nggak mau menyerah,walau rambutku berminyak dan masih kusut.. sungguh pengen tahu apa yang terjadi jika aku konsisten pakai sampoo bar.

Karena sudah tidak tahan sama rambut lepek dan berminyak yang bikin kepala jadi gerah, akhirnya aku memutuskan mencoba sampo pakai baking soda. Nah, pengalamanku menggunakan sampo baking soda akan dibahas di post berikutnya.. stay tune ya…

O iya, kelebihan yang kualami saat menggunakan shampoo bar adalah rambutku menjadi lebih ‘berat’ sehingga tidak mengembang dan menjadi terlihat lebih panjang dari biasanya karena lebih lurus. Selain itu, kulit kepala lebih jarang terasa gatal dan belum muncul ketombe sampe keramas yang berikutnya. Bau shampoo nya wangi samar dan terkesan alami (memang alami woi), sehingga terasa segar dan menyenangkan, jadi waktu keramas berasa relaksasi juga.

Perlu diingat, efek pada setiap orang bisa berbeda ya.. tergantung dengan kondisi rambut kita, pakai sampo apa sebelumnya, dan bagaimana kondisi air di lingkungan kita. Di beberapa orang malah muncul putih-putih di rambut setelah lepas sampo komersial, keadaan ini disebut sebagai built-in, yang merupakan salah satu usaha kulit kepala kita menyesuaikan diri dan melepas kumpulan residu dari sampo kita sebelumnya, karena yang kita pakai sebelumnya bukan bahan alami.

Apa yang kupelajari dari proses perkenalanku dengan shampoo bar?

1. Pertama dan yang utama: Jangan terlalu banyak mengaplikasikan produk walaupun tidak berbusa. Tidak berbusa bukan berarti tidak bersih.

2. Rambut membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dari perubahan bahan yang kita gunakan untuk keramas

3.  Mulai lebih tertarik dengan bahan yang alami dan gerakan zero waste, akhirnya malah merembet kenalan sama sabun batang berbahan utama VCO (virgin coconut oil) untuk sabun harian dan hasilnya menyenangkan, kulit jadi terasa lebih halus setelah mandi

4. Belajar mengurangi sampah plastik, setidaknya mengurangi sampah botol sampo dan botol sabun

5. Ternyata rambut menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian / penting untukku. Pasti ada diantara kalian yang berpikir, apa sih pentingnya bahas keramas? Banyak bahasan yang lebih penting dan bermanfaat, tapi ternyata ini penting buatku.

Lalu apa hubungannya shampoo dengan psikologi? Tentu ada dong.. cara kita menghargai fisik kita (merawat rambut kalau untuk post sekarang) merupakan salah satu usaha kita untuk menghargai diri sendiri dan salah satu jalan untuk lebih mengenal diri sendiri. Aku sukanya apa? Mengapa aku menyukai produk tertentu dan bukan lainnya? Mengapa ini menjadi penting untukku? Pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita lebih tahu apa yang kita inginkan. Hargailah apa yang menurutmu penting walau mungkin dianggap nggak penting bagi kebanyakan orang. Jangan lupa menghargai diri sendiri ya.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I’am happy as I am, and you can too

Persepsimu Harimaumu

Bagaimana cara kita memproses informasi?